1. Wujud (ada)
Allah itu Wujud (ada). Tidak mungkin/
mustahil Allah itu ‘Adam (tidak ada).
Memang sulit membuktikan bahwa Tuhan
itu ada. Tapi jika kita melihat pesawat
terbang, mobil, TV, dan lain-lain, sangat
tidak masuk akal jika kita berkata semua itu
terjadi dengan sendirinya. Pasti ada
pembuatnya.
Jika benda-benda yang sederhana seperti
korek api saja ada pembuatnya, apalagi
dunia yang jauh lebih komplek.
Bumi yang sekarang didiami oleh sekitar 8
milyar manusia, keliling lingkarannya sekitar
40 ribu kilometer panjangnya. Matahari,
keliling lingkarannya sekitar 4,3 juta
kilometer panjangnya. Matahari, dan 8
planetnya yang tergabung dalam Sistem
Tata Surya, tergabung dalam galaksi Bima
Sakti yang panjangnya sekitar 100 ribu
tahun cahaya (kecepatan cahaya=300 ribu
kilometer/detik!) bersama sekitar 100 milyar
bintang lainnya. Galaksi Bima Sakti,
hanyalah 1 galaksi di antara ribuan galaksi
lainnya yang tergabung dalam 1 “Cluster”.
Cluster ini bersama ribuan Cluster lainnya
membentuk 1 Super Cluster. Sementara
ribuan Super Cluster ini akhirnya
membentuk “Jagad Raya” (Universe) yang
bentangannya sejauh 30 Milyar Tahun
Cahaya!
Harap diingat, angka 30 Milyar Tahun
Cahaya baru angka estimasi saat ini, karena
jarak pandang teleskop tercanggih baru
sampai 15 Milyar Tahun Cahaya.
Bayangkan, jika jarak bumi dengan matahari
yang 150 juta kilometer ditempuh oleh
cahaya hanya dalam 8 menit, maka seluruh
Jagad Raya baru bisa ditempuh selama 30
milyar tahun cahaya. Itulah kebesaran
ciptaan Allah! Jika kita yakin akan kebesaran
ciptaan Tuhan, maka hendaknya kita lebih
meyakini lagi kebesaran penciptanya.
Dalam Al Qur’an, Allah menjelaskan bahwa
Dialah yang menciptakan langit, bintang,
matahari, bulan, dan lain-lain:
“Maha Suci Allah yang menjadikan di langit
gugusan-gugusan bintang dan Dia
menjadikan juga padanya matahari dan
bulan yang bercahaya.” [Al Furqoon:61]
Karena kita tidak bisa melihat Tuhan, bukan
berarti Tuhan itu tidak ada. Tuhan ada.
Meski kita tidak bisa melihatNya, tapi kita
bisa merasakan ciptaannya.” Pernyataan
bahwa Tuhan itu tidak ada hanya karena
panca indera manusia tidak bisa
mengetahui keberadaan Tuhan adalah
pernyataan yang keliru.
Berapa banyak benda yang tidak bisa dilihat
atau didengar manusia, tapi pada
kenyataannya benda itu ada?
Betapa banyak benda langit yang jaraknya
milyaran, bahkan mungkin trilyunan cahaya
yang tidak pernah dilihat manusia, tapi
benda itu sebenarnya ada?
Berapa banyak zakat berukuran molekul,
bahkan nukleus (rambut dibelah 1 juta),
sehingga manusia tak bisa melihatnya,
ternyata benda itu ada? (manusia baru bisa
melihatnya jika meletakkan benda tersebut
di bawah mikroskop yang amat kuat).
Berapa banyak gelombang (entah radio,
elektromagnetik. Listrik, dan lain-lain) yang
tak bisa dilihat, tapi ternyata hal itu ada?
Benda itu ada, tapi panca indera manusia
lah yang terbatas, sehingga tidak
mengetahui keberadaannya.
Kemampuan manusia untuk melihat warna
hanya terbatas pada beberapa frekuensi
tertentu, demikian pula suara. Terkadang
sinar yang amat menyilaukan bukan saja tak
dapat dilihat, tapi dapat membutakan
manusia. Demikian pula suara dengan
frekuensi dan kekerasan tertentu selain ada
yang tak bisa didengar juga ada yang
mampu menghancurkan pendengaran
manusia. Jika untuk mengetahui
keberadaan ciptaan Allah saja manusia
sudah mengalami kesulitan, apalagi untuk
mengetahui keberadaan Sang Maha
Pencipta!
Ada jutaan orang yang mengatur lalu lintas
jalan raya, laut, dan udara. Mercusuar
sebagai penunjuk arah di bangun, demikian
pula lampu merah dan radar. Menara kontrol
bandara mengatur lalu lintas laut dan udara.
Sementara tiap kendaraan ada pengemudin
ya. Bahkan untuk pesawat terbang ada Pilot
dan Co-pilot, sementara di kapal laut ada
Kapten, juru mudi, dan lain-lain. Toh, ribuan
kecelakaan selalu terjadi di darat, laut, dan
udara. Meski ada yang mengatur, tetap
terjadi kecelakaan lalu lintas.
Sebaliknya, bumi, matahari, bulan, bintang,
dan lain-lain selalu beredar selama milyaran
tahun lebih (umur bumi diperkirakan sekitar
4,5 milyar tahun) tanpa ada tabrakan.
Selama milyaran tahun, tidak pernah bumi
menabrak bulan, atau bulan menabrak
matahari. Padahal tidak ada rambu-rambu
jalan, polisi, atau pun pilot yang
mengendarai. Tanpa ada Tuhan yang Maha
Mengatur, tidak mungkin semua itu terjadi.
Semua itu terjadi karena adanya Tuhan yang
Maha Pengatur. Allah yang telah
menetapkan tempat-tempat perjalanan
(orbit) bagi masing-masing benda tersebut.
Jika kita sungguh-sungguh memikirkan hal
ini, tentu kita yakin bahwa Tuhan itu ada.
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar
dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya
manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi
perjalanan bulan itu, supaya kamu
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan
(waktu). Allah tidak menciptakan yang
demikian itu melainkan dengan hak. Dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya)
kepada orang-orang yang mengetahui
.” [Yunus:5]
“Tidaklah mungkin bagi matahari
mendapatkan bulan dan malampun tidak
dapat mendahului siang. Dan masing-mas
ing beredar pada garis edarnya.” [Yaa
Siin:40]
Sungguhnya orang-orang yang memikirkan
alam, insya Allah akan yakin bahwa Tuhan
itu ada:
“Allah lah Yang meninggi-kan langit tanpa
tiang (sebagaimana) yang kamu lihat,
kemudian Dia berse-mayam di atas `Arsy,
dan menundukkan matahari dan bulan.
Masing-masing beredar hingga waktu yang
ditentukan. Allah mengatur urusan
(makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini
pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.” [Ar
Ra’d:2]
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci
Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka.” [Ali Imron:191]
Hikmah: Kunci Iman menyembah Allah.
Kalau orang tidak mempercayai Allah itu
ada, maka dia adalah Atheist. Tidak
mungkin bisa ikhlas dan khusyu’
menyembah Allah.
2. Qidam (Terdahulu)
Allah itu Qidam (Terdahulu). Mustahil Allah
itu Huduts (Baru).
“Dialah Yang Awal …” [Al Hadiid:3]
Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Allah
yang menciptakan langit, bumi, serta
seluruh isinya termasuk tumbuhan,
binatang, dan juga manusia.
“Yang demikian itu adalah Allah, Tuhanmu,
Pencipta segala sesuatu..?” [Al Mu'min:62]
Oleh karena itu, Allah adalah awal. Dia
sudah ada jauh sebelum langit, bumi,
tumbuhan, binatang, dan manusia lainnya
ada. Tidak mungkin Tuhan itu baru ada atau
lahir setelah makhluk lainnya ada.
Sebagai contoh, tidak mungkin lukisan
Monalisa ada lebih dulu sebelum pelukis
yang melukisnya, yaitu Leonardo Da Vinci.
Demikian juga Tuhan. Tidak mungkin
makhluk ciptaannya muncul lebih dulu,
kemudian baru muncul Tuhan.
3. Baqo’ (Kekal)
Allah itu Baqo’ (Kekal). Tidak mungkin Allah
itu Fana’ (Binasa).
Allah sebagai Tuhan Semesta Alam itu
hidup terus menerus. Kekal abadi mengurus
makhluk ciptaannya. Jika Tuhan itu Fana’
atau mati, bagaimana nasib ciptaannya
seperti manusia?
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang
hidup (kekal) Yang tidak mati…” [Al Furqon
58]
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa.
Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang
mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” [Ar
Rahman:26-27]
Karena itu jika ada “Tuhan” yang wafat atau
mati, maka itu bukan Tuhan. Tapi manusia
biasa.
Hikmah: Jika kita mencintai Allah yang
Maha Kekal dan selalu ada dan menjadikan
Nya teman serta pelindung, niscaya kita
akan tetap sabar meski kehilangan segala
yang kita cintai.
4. Mukhollafatuhu lil hawaadits (Tidak
Serupa dengan MakhlukNya)
Allah itu berbeda dengan makhlukNya
(Mukhollafatuhu lil hawaadits). Mustahil
Allah itu sama dengan makhlukNya
(Mumaatsalaatuhu lil Hawaadits). Kalau
sama dengan makhluknya misalnya sama
lemahnya dengan manusia, niscaya
“Tuhan” itu bisa mati dikeroyok atau disalib
oleh manusia. Mustahil jika “Tuhan” itu
dilahirkan, menyusui, buang air, tidur, dan
sebagainya. Itu adalah manusia. Bukan
Tuhan!
Allah itu Maha Besar. Maha Kuasa. Maha
Perkasa. Maha Hebat. Dan segala Maha-
maha yang bagus lainnya.
“…Tidak ada sesuatupun yang serupa
dengan Dia…” [Asy Syuura:11]
Misalnya sifat “Hidup” Allah beda dengan
sifat “Hidup” makhluknya. Allah itu dari
dulu, sekarang, kiamat, dan hingga hari
akhirat nanti tetap hidup. Sebaliknya
makhluknya seperti manusia dulu mati
(tidak ada). Setelah itu baru dilahirkan dan
hidup. Namun itu pun hanya sebentar.
Paling lama 1000 tahun. Setelah itu mati lagi
dan dikubur. Jadi meski sekilas sama,
namun sifat “Hidup” Allah beda dengan
makhlukNya.
Demikian juga dengan sifat lain seperti
“Kuat.” Allah selalu kuat dan kekuatannya
bisa menghancurkan alam semesta.
Sementara manusia itu dulu ketika bayi
lemah dan ketika mati juga tidak berdaya.
Saat hidup pun jika kena tsunami atau
gempa apalagi kiamat, dia akan mati.
5. Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri dengan
sendirinya)
Allah itu Qiyamuhi Binafsihi (Berdiri dengan
sendirinya). Mustahil Allah itu Iftiqoorullah
(Berhajat/butuh) pada makhluknya.
“.. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari
semesta alam.” [Al ‘Ankabuut:6]
“Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah
Yang tidak mempunyai anak dan tidak
mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan
Dia bukan pula hina yang memerlukan
penolong dan agungkanlah Dia dengan
pengagungan yang sebesar-besarnya.” [Al
Israa’ 111]
Di dunia ini, semua orang saling
membutuhkan. Bahkan seorang raja pun
butuh penjahit pakaian agar dia tidak
telanjang. Dia butuh pembuat bangunan
agar istananya bisa berdiri. Dia butuh
tukang masak agar bisa makan. Dia butuh
pengawal agar tidak mati dibunuh orang.
Dia butuh dokter jika dia sakit. Saat bayi, dia
butuh susu ibunya, dan sebagainya.
Sebaliknya Allah berdiri sendiri. Dia tidak
butuh makhluknya. Seandainya seluruh
makhluk memujiNya, niscaya tidak
bertambah sedikitpun kemuliaanNya.
Sebaliknya jika seluruh makhluk
menghinaNya, tidaklah berkurang
sedikitpun kemuliaanNya.
“Hai manusia, kamulah yang berkehendak
kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha
Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha
Terpuji.” [ Faathir 15]
Hikmah: Tidak sombong dan memohon
hanya kepada Allah. Karena Manusia ketika
lahir butuh bantuan. Demikian pula ketika
mati meski dia kaya dan berkuasa
6. Wahdaaniyah (Esa)
Allah itu Wahdaaniyah (Esa/Satu). Mustahil
Allah itu banyak (Ta’addud) seperti 2, 3, 4,
dan seterusnya.
Allah itu Maha Kuasa. Jika ada sekutuNya,
maka Dia bukan yang Maha Kuasa lagi. Jika
satu Tuhan Maha Pencipta, maka Tuhan
yang lain kekuasaannya terbatas karena
bukan Maha Pencipta.
”Allah sekali-kali tidak mempunyai anak,
dan sekali-kali tidak ada tuhan yang lain
beserta-Nya. Kalau ada tuhan beserta-Nya,
masing-masing tuhan itu akan membawa
makhluk yang diciptakannya, dan sebagian
dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan
sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari
apa yang mereka sifatkan itu” [Al
Mu’minuun:91]
Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.
Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu.
Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan,
dan tidak ada seorangpun yang setara
dengan Dia.” [Al Ikhlas:1-4]
Oleh karena itu, ummat Islam harus
menyembah Tuhan Yang Maha Esa/Satu,
yaitu Allah. Tidak pantas bagi ummat Islam
untuk menyembah Tuhan selain Allah
seperti Tuhan Bapa, Tuhan Anak, Roh
Kudus. Tidak pantas juga bagi ummat Islam
untuk menyembah 3 Tuhan di mana satu
adalah yang Menciptakan, satu lagi yang
merusak, dan terakhir yang memelihara.
”Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa selain dari syirik,
bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah,
maka sungguh ia telah berbuat dosa yang
besar.” [An Nisaa’:48]
Hikmah: Tidak mempersekutukan Allah
7. Qudrat (Kuasa)
Sifat Tuhan yang lain adalah Qudrat atau
Maha Kuasa. Tidak mungkin Tuhan itu ‘Ajaz
atau lemah. Jika lemah sehingga misalnya
bisa ditangkap, disiksa, dan disalib, maka
itu bukan Tuhan yang sesungguhnya.
Hanya manusia biasa.
”… Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia
melenyapkan pendengaran dan penglihatan
mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas
segala sesuatu.” [Al Baqarah:20]
”Jika Dia kehendaki, niscaya Dia musnahkan
kamu dan mendatangkan makhluk baru
(untuk menggantikan kamu). Dan yang
demikian tidak sulit bagi Allah.” [Fathiir:1
6-17]
Hikmah: menyadari kekuasaan Allah dan
tawakal kepada Allah.
8. Iroodah (Berkehendak)
Sifat Allah adalah Iroodah (Maha
Berkehendak). Allah melakukan sesuatu
sesuai dengan kehendaknya. Mustahil Allah
itu Karoohah (Melakukan sesuatu dengan
terpaksa).
“…Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana
terhadap apa yang Dia kehendaki.
” [Huud:107]
“Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia
berkehendak untuk menciptakan sesuatu,
maka Dia hanya mengatakan kepadanya:
“Jadilah!” Lalu jadilah ia.” [Al Baqarah:117]
“…Katakanlah : “Maka siapakah yang dapat
menghalangi kehendak Allah jika Dia
menghendaki kemudharatan bagimu atau
jika Dia menghendaki manfaat bagimu.
Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” [Al Fath:11]
Hikmah: tawakal kepada Allah dan selalu
berdoa kepada Allah
9. Ilmu (Mengetahui)
Allah itu berilmu (Maha Mengetahui).
Mustahil Allah itu Jahal (Bodoh). Allah Maha
Mengetahui karena Dialah yang menciptaka
n segala sesuatu.
Sedangkan manusia tahu bukan karena
menciptakan, tapi sekedar melihat,
mendengar, dan mengamati. Itu pun
terbatas pengetahuannya sehingga manusia
tetap saja tidak mampu menciptakan meski
hanya seekor lalat.
“Dan Allah memiliki kunci semua yang
ghaib; tidak ada yang mengetahuinya
kecuali Dia, dan Dia mengetahui apa yang di
daratan dan di lautan, dan tiada sehelai
daun pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji-
pun dalam kegelapan bumi, dan tidak
sesuatu basah atau kering, melainkan
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfudz)” [Al An’aam:59]
“Katakanlah: Sekiranya lautan jadi tinta
untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku,
sungguh habislah lautan itu sebelum habis
ditulis kalimat Tuhanku, meskipun Kami
datangkan tambahan sebanyak itu.” [Al
Kahfi:109]
“Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.” [An Nisaa’:176]
10. Hayaat (Hidup)
Allah itu Hayaat (Maha Hidup). Tidak
mungkin Tuhan itu Maut (Mati). Jika Tuhan
mati, maka bubarlah dunia ini. Tidak patut
lagi dia disembah. Maha Suci Allah dari
kematian/wafat.
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang
hidup kekal Yang tidak mati…” [Al
Furqaan:58]
11. Sama’ (Mendengar)
Allah bersifat Sama’ (Maha Mendengar).
Mustahil Tuhan bersifat Shomam (Tuli).
Allah Maha Mendengar. Mustahil Allah tuli.
“… Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” [Al Baqarah:256]
12. Bashor (Melihat)
Allah bersifat Melihat. Mustahil Allah itu
‘Amaa (Buta).
“Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang
ghaib di langit dan bumi. Dan Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan.” [Al
Hujuraat:18]
Hikmah: takut berbuat dosa karena Allah
selalu melihat kita
13. Kalam
Allah bersifat Kalam (Berkata-kata). Mustahil
Allah itu Bakam (Bisu)
“…Dan Allah telah berbicara kepada Musa
dengan langsung” [An Nisaa’ 164]
Jika kita meyakini ini, tentu kita tidak akan
menyembah berhala yang tidak bisa bicara
sebagai Tuhan [Al Anbiyaa’ 63-65]
Demikianlah sifat-sifat Allah yang penting
yang wajib kita ketahui agar kita tahu mana
Tuhan yang asli dan mana yang bukan.
Jika sifat-sifat Tuhan itu kita pahami dan
yakini, niscaya kita tidak akan menyembah 3
Tuhan atau Tuhan yang Mati atau Tuhan
yang Lemah, dan sebagainya. Kita hanya
mau menyembah Allah yang memiliki sifat-
sifat di atas dengan sempurna.
Ada pun sifat-sifat ke 14-20 sesungguhnya
merupakan bentuk Subyektif/Pelaku dari
Sifat nomor 7-13 yaitu:
14. Qoodirun: Yang Memiliki sifat Qudrat
15. Muriidun: Yang Memiliki Sifat Iroodah
16. ‘Aalimun: Yang Mempunyai Ilmu
17. Hayyun: yang Hidup
18. Samii’un: Yang Mendengar
19. Bashiirun: Yang Melihat
20. Mutakallimun: Yang Berkata-kata
Demikian, smoga bermanfaat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "20 Sifat Alloh yg Wajib diketahui beserta penjelasannya"
Posting Komentar